Sesekali ingat
akan kematian. Hingga sampai ke titik perenungan :" kenapa yah banyak
ulama dan orang baik yang mati muda?"
dari ustad jefri al buchori atau uje, habib munzir al mushawa, bahkan ustad
ngajiku pun mati muda (Alm. ustad nafik dan istrinya).
Lohhh kok?
Coba cermati deh sekeliling kita banyak kan ?
Saya lalu berpikir bahwa boleh jadi inilah cara tuhan untuk “menyelamatkan”
hamba-hamba-nya dari hidup panjang yang hanya akan berpotensi menodai
kebersihannya. Mungkin pendapat ini ada benarnya.
"nasib terbaik adalah tidak dilahirkan,
yg kedua dilahirkan tapi mati muda
dan
yg tersial umur tua.
Bahagialah mereka yang mati muda"
Pribahasa ini membawa saya pada suatu pemikiran, pakai saja teori probailitas :
semakin tua dan semakin panjang umur kita maka kita memiliki banyak waktu dan
kesempatan untuk berhasud, berbohong, memfitnah, berserakah, dengki, iri hati,
mencaci, menghardik, bernapsu kelawan jenis juga mungkin akan lebih banyak lagi
kegitan tersebut yang dapat kita lakukan sepanjang umur kita. Mudahnya sih
bilang dan katakan saja dosa-dosa harian yang kita banget. Sekarang balik
berpikirlah ke orang yang berumur pendek dosa harian yang kita banget memiliki
potensi kecil untuk ditumpuk. Bener ??
Lantas pemikiran ini berakhir pada resah. Jika jumlah orang baik banyak yang
mati muda, lantas siapa yang bisa kita jadikan teladan ?
Ya, memang cara penyimpulanku tak 100% persen benar pasti banyak pula orang
baik yang bisa kita gurui dan teladani disekitar kita?
Memang andalah yang bisa menilai " orang baik itu mati muda " bisa
diterima atau tidak yahhh terlihat ngawur dan tidak mudah diterima memang...
Kalo anda memang menerimanya maka :" kalo tidak ingin mati muda nakallah
dikit dikit ".
Mungkin bagian "nakal" akan membuat anda tertawa dan anda juga pasti
paham.
Mari mentertawakan kematian..........
<<note:orang yang mati muda juga memiliki kesempatan yang kecil untuk
berbuat baik>>
hahahahahhaahhaaha
Surabaya, 8 september 2014